Perbaiki Komunikasi dengan anak-anak anda
TANGKI CINTA YANG KOSONG MEMBUAT ANAK ANDA BANDEL
Konsep tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Gary Chapman, seorang konsultan perkawinan & keluarga di Amerika. Pertama kali konsep ini sebenarnya diaplikasikan pada hubungan pasangan suami istri, namun ternyata secara teori tersebut juga sangat sesuai diterapkan dalam hubungan anak-orang tua.
Mana yang lebih penting menurut anda sebagai orang tua? Mencintai anak anda atau membuatnya merasa dicintai? Tentu keduanya penting, namun jika dibandingkan sebenarnya jauh lebih penting membuat anak merasa dicintai. Ingat bahwa persepsi seseorang adalah kenyataan baginya, maka persepsi/perasaan dicintai juga menjadikan suatu keyakinan bagi diri si anak. Coba simak berapa sering orang tua mengeluhkan bahwa dia sudah bekerja keras untuk memenuhi rasa cintanya pada anaknya dengan menyediakan banyak hal baginya, menyekolahkan di tempat terbaik, membelikan hadiah termahal, dsbnya namun terkesan anak tidak menyadari hal tersebut sebagai tanda cinta orang tua. Saya sering kali menemukan pada praktek saya beberapa kasus seperti itu, orang tua menjelaskan apa saja yang sudah dilakukannya sebagai tanda cinta kasihnya pada sang anak, dari mulai menyekolahkan, memberikan les, membelikan mainan terbaik, mengajak jalan-jalan ke luar kota/luar negri, dll. Namun pada saat giliran sang anak bercerita, sebenarnya dia merasa paling dicintai pada saat bisa ngobrol dengan ayahnya di tempat tidur sebelum tidur malam (yang sayangnya jarang sekali dilakukan sang ayah). Keadaan seperti ini menggambarkan adanya perbedaan bahasa cinta yang digunakan oleh orang tua dan anak, inilah yang sering kali menyebabkan kekosongan tangki cinta.
Tangki cinta emosional sendiri adalah suatu analogi yang digunakan Dr Chapman untuk menggambarkan kebutuhan akan cinta dalam diri seseorang. Agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, tangki cintanya perlu diisi oleh pengalaman cinta emosional layaknya tangki bahan bakar kendaraan yang perlu diisi agar dapat berjalan. Tangki cinta seorang anak biasanya harus diisi oleh kedua orang tuanya secara seimbang. Bagaimana cara mengisinya? Cara mengisi tangki cinta yang paling efektif adalah dengan menunjukkan cinta anda dengan bahasa cinta yang sesuai dengan si anak.
Ada berapa macam bahasa cinta?
1. Kata-kata lisan
Kata-kata lisan adalah salah satu dari lima bahasa cinta yang mendasar. Anak yang bahasa cinta primernya kata-kata lisan umumnya sangat peka dengan kata-kata dari orang lain, khususnya dari mereka yang ia cintai atau hormati. Ungkapan pujian, peneguhan, maupun bisikan sayang yang mereka ungkapkan, akan sangat memotivasi, menghidupkan dan menyegarkan semangat si anak.
Namun sebaliknya, kritik, sindiran, bahkan caci-maki dari orang-orang tersebut akan mudah sekali membuat hati anak terasa tertekan, stres, depresi, dan sejenisnya.
2. Hadiah
Bagi anak yang bahasa cinta primernya adalah ‘Hadiah’, sebuah barang pemberian dari orang yang ia cintai bisa dipahami sebagai ungkapan rasa sayang & perhatian yang luar biasa. Perhatikan bahwa bukan nilai nominal hadiah tersebut yang penting bagi anak, namun ia lebih menimbang pada makna yang dikandung dari pemberian tersebut dan juga momen pada saat hadiah tersebut diberikan padanya. Anak umumnya lebih sensitif terhadap suatu pemberian, dan suka menyimpan atau memajang berbagai hadian yang pernah diterimanya.
3. Pelayanan
Anak dengan bahasa cinta primer ‘Pelayanan’ sangat senang pada saat mendapatkan pelayanan. Kita tidak perlu membayangkan hal yang berlebihan hingga terkesan orang tua sebagai pembantu anak, namun cukup hal-hal kecil seperti mengambilkan makanan, memandikan, menyiapkan pakaian, dan sejenisnya.
4. Waktu Berkualitas
Hal paling utama bagi anak yang memiliki bahasa cinta ‘waktu berkualitas’ adalah kebersamaan. Kebersamaan disini tidak sekedar berada di tempat yang sama dalam waktu yang sama saja, namun lebih berarti perhatian dari dua pihak yang terpusatkan. Jaman sekarang, dengan perkembangan teknologi gadget yang luar biasa, saya sering kali menyaksikan pemandangan yang membuat miris: satu keluarga pergi makan bersama di sebuah restoran. Begitu duduk dan memesan makanan, sang ayah langsung membuka laptop, sang ibu sibuk ‘panen’ dengan game di tablet PC nya, si anak sulung langsung asyik tersenyum-senyum sendiri sambil menatap layar smart phone nya lalu sibuk dengan kedua ibu jarinya di keypad, yang bungsu langsung memasang earphone dari perangkat mp3 playernya. Benar-benar suatu “kebersamaan” yah?
Bagi orang tua yang memiliki anak dengan bahasa cinta ini, teknik berkomunikasi dengan empathic listening akan sangat menunjang. Bagi keluarga dengan anak lebih dari 1 orang, penting juga untuk memperlihatkan betapa penting masing-masing dari mereka sebagai individu dengan menghabiskan waktu secara privat dengan setiap anak secara khusus tanpa anggota keluarga yang lain.
5. Sentuhan Fisik
Anak yang bahasa cinta primernya “sentuhan fisik” akan merasa dicintai jika dipeluk, digandeng, disentuh pipi, hidung, pinggang, dan sebagainya oleh orang yang disayanginya. Sebaliknya, penolakan fisik berupa menepis, mendorong atau bahkan memukul akan terasa sangat melukai hatinya.
Walaupun setiap anak pasti memiliki lebih dari satu bahasa cinta, namun selalu ada satu bahasa cinta yang primer, yang paling utama bagi dirinya. Perhatikan bagaimana reaksi anak pada saat menerima satu bahasa cinta dan bandingkan dengan bahasa cinta yang lain. Perhatikan juga bagaimana si anak mengekspresikan rasa cintanya kepada orang tuanya atau orang lain yang dicintainya atau bahkan binatang/boneka kesayangannya.
Apabila tangki cinta emosional seorang anak penuh, ia merasa mantap dalam mencintai orang lain khususnya orang tuanya. Seluruh dunia tampak cerah dan indah di matanya. Ia akan lebih kuat dan bersemangat dalam bekerja dan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Sebaliknya, jika tangki cinta emosional anak telah kering, ia menjadi orang yang mudah berpikiran negatif dan mudah terbakar emosinya. Problematika anak-anak nakal, pecandu narkoba, kriminalitas remaja, dan berbagai masalah sosial lainnya umumnya terjadi karena para pelakunya telah lama kehabisan `bahan bakar’ cinta. Tangki cinta emosional mereka telah lama mengering.