Perbaiki Takdir Saat Laylat Al-Qadar


 

Kata ‘ qadr ‘memiliki, menurut Quraish Shihab (1992), minimal tiga arti. Pertama , ‘penetapan dan pengaturan’ sampai Laylat Al-Qadar dimaknai sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan manusia. Kedua , ‘kemuliaan’, dimana malam tersebut menjadi mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an dan merupakan titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Lalu arti ‘ qadr ‘selanjutnya adalah ‘sempit’; malam itu menjadi sempit karena banyaknya malaikat, termasuk pemimpin mereka Jibril, turun ke bumi.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Laylat Al-Qadr adalah malam dimana Allah menugaskan malaikat-malaikat melakukan berbagai hal untuk mempersiapkan manusia-manusia yang terpilih agar dapat terbina dengan baik sehingga dipastikan mampu mencapai kemuliaan dunia-akhirat di masa depan sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya.

Kehadiran para malaikat ini menemukan manusia-manusia terpilih dalam sudut pandang Imam Al-Ghazali berdasarkan penjelasan Syaikh Muhammad Abduh adalah sebagai berikut:

“Malaikat turun pada Laylat Al-Qadr menemukan orang yang telah mempersiapkan diri untuk menyambutnya dan malaikat kemudian memposisikan diri sebagai pendamping sampai jiwa orang tersebut akan selalu terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jiwanya akan selalu merasakan salam (rasa aman dan damai) yang tidak terbatas sampai fajar Laylat Al-Qadr saja, melainkan sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari kemudian (akhirat) nanti. ”

Bagaimana cara mempersiapkan diri menjadi manusia terpilih sebagaimana tersebut di atas? Siti Aisyah ra berkata, ” Adalah Nabi Saw bersungguh-sungguh di puluhan (Ramadhan) yang akhir, apa yang tidak dikerjakan di puluhan yang lain. “ (HR Muslim).

Berbagai hadis shahih meriwayatkan bahwa pada sepuluh bilangan terakhirRamadhan; Rasul Saw senantiasa menghidupkan malam, mengembangkan segenap keluarga untuk shalat malam, tidak berhubungan badan dengan istri-istri beliau, dani’tikaf di mesjid (TM Hashbi Ash-Shiddieqy, 2000).

Menghidupkan malam dimulai dengan memelihara penegakan shalat Isya berjamaah di mesjid sebagaimana termaktub dalam hadis berikut:

‘ Barang siapa mengrjakan shalat Isya dengan berjamaah di bulan Ramadhan, maka ia sungguh telah memperoleh lailatul qadar ‘ (Diriwayatkan Abu Sayikh Al-Ashahani dari Abu Hurairah ra).

Nah, bagi Anda yang karena terlampau luber ‘mengisi bensin’ di saat berbuka hingga hari-hari kemarin sering terlewatkan berjamaah Isya apalagi Tarawih; berjuanglah untuk menekan nafsu makan dan jangan sia-siakan sepuluh malam terakhir Ramadhan untuk memperoleh saham keberkahan Laylat Al-Qadar tahun ini yang sudah di depan mata.

Kemudian masih dalam konteks perburuan Laylat Al-Qadar ini, Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra:

” Adalah Nabi Saw mengembangkan keluarganya di puluhan akhir bulan Ramadhan dan Nabi Saw mengembangkan pula semua anak kecil dan orang dewasa yang sanggup shalat. “

Abu Dzar menambahkan (TM Hashbi Ash-Shiddieqy, 2000) bahwa Nabi Saw mengerjakan shalat malam bersama para sahabat pada malam-malam ke-23, 25, dan 27; serta khusus membangunkan keluarganya pada malam ke-27.

Metode lain yang dicontohkan oleh Rasul Saw untuk menangkap Laylat Al-Qadr adalahI’tikaf di mesjid sebagaimana yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Sa’id:

” Barang siapa yang beri’tikaf bersamaku, maka akan beri’tikaf lagi pada sepuluh hari yang terakhir. “

Fakta i’tikaf adalah duduk di dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.Jika tidak dimaksudkan secara khusus, maka tidak termasuk I’tikaf . Lantas kapan waktu yang tepat?

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Siti Aisyah ra bahwa, ” Adalah Nabi Saw bila hendak melakukan i’tikaf beliau shalat fajar. Sesudah itu barulah ia masuk ke dalam tempat (pribadi) i’tikafnya. “ (Subulus Salam VI: 241).

Imam Asy Syafi’i yang disepakati juga oleh ketiga imam lainnya dan sebagian besar ulama mentakwilkan hadis di atas bahwa Nabi Saw masuk ke mesjid untuk i’tikaf pada awal malam namun baru masuk ke tempat ber khalwat (menyendiri) setelah shalat Subuh. Jadi bagi yang berniat melakukan i’tikaf pada sepuluh akhir Ramadhan hendaknya memulai pada saat sebelum terbenamnya matahari di hari ke-19 atau 20 dan mengakhirinya sesudah terbenam matahari di malam terakhir Ramadhan atau sebelum shalat Ied.

Ketika Allah Swt mengilhamkan ke dalam hati bahwa kita telah ‘mendapatkan’ Laylat Al-Qadar , maka doa apa yang sebaiknya kita panjatkan saat itu? Saat istri beliau Siti Aisyah ra menanyakan hal yang sama, Rasul Saw menunjukkan doa berikut:

‘ Rabbana atina fil al-dunya hasanah wa fi al-akhirati khasanah wa qina adzab al-nar ‘

(‘Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka’).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.